Jumat, 06 Februari 2009

Sampah dimana-mana


Di puncak musim penghujan seperti sekarang ini, kota-kota di Indonesia terendam banjir, termasuk Ibukota Jakarta. Sebenarnya penyebab utama banjir adalah sampah. Masyarakat Ibukota yang membludak dan sebagian besar membuang sampah sembarangan menjadikan Jakarta kotor dan menjijikkan. Sampah-sampah itu juga membuat mampet selokan dan kali, sehingga meluaplah air sungai dan akhirnya banjir.

Hal ini harus diubah dan harus ada sanksi yang tegas untuk pelanggaran ini. Banyak sekali kalau kita lihat di jalan, halte, dan tempat umum lainnya orang yang membuang sampah. Entah itu puntung rokok, bungkus makanan, kotak minuman, dan lain sebagainya. Banyak orang yang tidak terlalu peduli dan berkata

"sampah saya cuma bungkus permen kok, gak bakalan banjir...."

kalau yang berpikir seperti itu ada 1000 orang saja pasti sampahnya sudah menumpuk, padahal masyarakat Indonesia berjumlah 220 juta orang. Bayangkan jika semua orang berpikir seperti itu.

Waktu medapatkan Motivation Training di Daarut Tauhid Bandung, saya dan teman-teman diajari untuk menjaga kebersihan. Rumus menjaga kebersihan adalah TSP

Tahan buang sampah sembarangan
Simpan sampah pada tempatnya
Pungut sampah sekecil apapun, Insya ALLAH berpahala

Jadi setiap ada kegiatan kami selalu menerapkan TSP.

Akan sangat baik jika TSP ini menjadi kebiasaan kita sehari-hari. Karena satu sampah yang kita buang pada tempatnya bisa mengurangi banjir dan bahkan menghentikannya. Jika 220 juta orang Indonesia menerapkan TSP, maka Indonesia akan bersih, seperti Singapore. Di Singapore, buang sampah sembarangan dendanya besar, jadi sedikit sekali yang melanggar. Mungkin itu juga harus diterapkan disini..... :)

Oke, jangan lupa TSP....!


(sumber gambar: google images)

Minggu, 01 Februari 2009

Cintai Produk Dalam Negeri

Zaman sekarang, orang-orang Indonesia sangat suka membeli produk luar. Kopi Starbucks, donat J.Co (update...! ternyata J.Co merk dagang asli Indonesia..), dan produk-produk luar lainnya laris manis di sini. Jelas saja produsen-produsen asing itu melebarkan sayapnya untuk membuka cabang di Indonesia, karena konsumennya di sini sangat banyak. Bahkan menurut data, orang Indonesia termasuk orang yang paling banyak belanja baju di Singapore! Padahal, rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan masih sangat banyak.

Kenapa banyak orang Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan?

Jawabannya adalah, karena orang Indonesia banyak yang malas. Malas kerja, malas usaha, dan lain-lain. Padahal Pemerintah sudah meluncurkan banyak program untuk membantu Usaha Kecil dan Menengah (UKM), seperti pinjaman modal usaha dengan bunga ringan.

Ada satu alasan lagi, mengapa orang Indonesia malas usaha, padahal sudah difasilitasi Pemerintah. Karena para calon pengusaha itu takut gagal, takut terbanting dengan produsen lain terutama produsen asing. Mungkin juga mereka kurang laris karena kualitas produknya berbeda dengan produk asing. Tetapi, sebagai masyarakat Indonesia kita harus membangkitkan UKM seperti itu agar masyarakat Indonesia mampu untuk mandiri.

Produk Indonesia sebenarnya lebih bagus dari produk asing. Contohnya kopi. Di Indonesia banyak macam kopi, seperti kopi toraja, kopi robusta, kopi arabika, dan kopi luak. Kopi luak itu kalau tidak salah harganya $100 per kilogram. Dan kopi luak itu kata orang-orang rasanya enak sekali. Kopi luak berasal dari kotoran luak. Luak adalah hewan yang suka memakan kopi, karena pencernaan luak tidak sempurna, maka kotorannya pun menjadi kopi dan inilah yang disebut kopi luak.

Saya berpikir ingin membuat perusahaan kedai kopi seperti Starbucks, tetapi dengan memakai kopi lokal. Jika dipacking seperti Starbucks, dan model cafe nya juga bagus, saya yakin akan mengalahkan Starbucks. Berhubung saya masih sekolah dan belum punya modal, jadi bagi yang sudah memiliki modal silahkan saja untuk memulai usaha ini.....:)

Sekali lagi saya menghimbau kepada masyarakat Indonesia, konsumsilah produk dalam negeri, agar memajukan sektor UKM dan membangkitkan usaha masyarakat. Sehingga Indonesia kita bisa maju dan mandiri.