Senin, 17 Desember 2007

Pemanasan Global Akibat Ulah Manusia

Panel Perserikatan Bangsa-bangsa yang beranggotakan para pakar iklim Jumat kemarin menyatakan, pemanasan suhu global adalah akibat aktivitas manusia dan bukan karena fenomena alam.

Mereka mendesak pemerintah secepatnya bertindak untuk mengatasi kerusakan lingkungan akibat meningkatnya temperatur bumi.

Diperlukan tindakan cepat sebab kerusakan alam itu akan sangat parah dan tidak bisa diperbaiki lagi.

Panel PBB terdiri atas 2.500 ilmuwan dari 130 lebih negara. Panel meramaplak akan terjadi makin banyak kekeringan, gelombang panas, hujan di luar musim dan naiknya permukaan air laut. Semua bencana itu akan berlangsung selama lebih dari 1.000 tahun.

Para ilmuwan menyatakan, 90 persen penyebab pemanasan global adalah aktivitas manusia terkait penggunaan bahan bakar minyak bumi. Pemanasan global selama 50 tahun terakhir ini sebagian besar diakibatkan hal itu.

Peringatan tersebut jauh lebih lantang dibandingkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001. Ketika itu, aktivitas manusia dituding baru pada kemungkinan 66 persen sebagai penyebab pemanasan global. Tanda-tanda pemanasan global itu terlihat antara lain pada kekeringan di Australia dan musim dingin yang lebih hangat di Eropa.

"Tanggal 2 Februari bakal dikenang sebagai hari dihapuskannya tanda tanya menyangkut pertanyaan apakah manusia penyebab perubahan iklim," kata Achim Steiner, ketua Program Lingkungan PBB.

"Dihadapkan pada situasi darurat ini, bukan saatnya lagi untuk bertindak setengah-setengah. Sekaranglah waktunya untuk revolusi," kata Presiden Prancis Jacques Chirac. "Kita berada di ambang pintu historis yang tidak bisa kembali lagi."

Es Kutub Mencair

Kesepakatan Protokol Kyoto adalah rencana utama untuk mengurangi emisi gas buang sampai 2012. Namun, implementasi protokol itu sangat melemah dengan keluarnya Amerika Serikat pada 2001. Padahal, Amerika adalah sumber terbesar emisi gas buang (atau dikenal dengan istilah gas efek rumah kaca).

Dalam ringkasan laporan IPCC setebal 21 halaman dijabarkan dampak dari perubahan iklim, seperti misalnya mencairnya es di Laut Kutub Utara pada tahun 2100. Dampak emisi gas buang juga sangat mungkin menyebabkan lebih banyak badai tropis.

Diramalkan pula, temperatur akan naik antara 1,8 sampai 4,0 derajat Celcius pada abad 21. Kenaikan itu adalah "skenario terbaik" dan pada kenyataannya bisa lebih buruk lagi.

Suhu rata-rata sudah naik 0,7 derajat selama abad 20. Masa sepuluh tahun sejak 1994 tercatat sebagai masa terpanas. Emisi gas buang terutama ditimbulkan dari penggunaan bahan bakar minyak bumi di reaktor pembangkit listrik, pabrik dan mobil. (rtr-gn-25)

sumber: www.suaramerdeka.com

Tidak ada komentar: